Kamis, 05 Desember 2013

RAHASIA REBUT BEASISWA ALA NEGERI 5 MENARA

November 2010 oleh Afif Syaiful Z Muhajir pada 2 September 2012 

Penulis : Ahmad Fuadi

(Penulis trilogi Negeri 5 Menara, di Jakarta)



Negeri 5 Menara adalah novel yang terinspirasi kisah hidup saya dan teman-teman yang pernah belajar di Pondok Modern Gontor, tapi kemudian bisa belajar ke mancanegara, mulai Amerika Serikat sampai Timur Tengah.

Sejak menulis novel itu, saya menerima beragam pertanyaan di Facebook, Twitter, dan email. Di antara pertanyaan yang kerap muncul adalah : bagaimana caranya saya bisa merebut 8 beasiswa dari luar negeri. Apalagi latar belakang pendidikan saya adalah sebuah pondok pesantren di Jawa Timur.

Jawaban ringkas untuk pertanyaan di atas adalah : saya rajin menggunakan “mantera” dalam novel saya : “Man Jadda Wajada”. Ini sebuah syair Arab yang berarti “Siapa yang bersungguh-sungguh, akan sukses”. Syair ini diajarkan kepada kami, para santri di Pondok Modern Gontor di hari-hari pertama kami masuk kelas.
Namun, jawaban tentang seluk beluk memenangkan beasiswa tentu tidak sesederhana itu. Ada beberapa hal spesifik yang perlu dilakukan untuk memenangkan beasiswa luar negeri kebetulan saya pernah pula menjadi panitia seleksi beasiswa ke Kanada dan Singapura. Dalam kapasitas itu saya ikut menyeleksi formulir peserta dan mewawancarai calon penerima beasiswa.

Jadi, saya mungkin bisa bercerita dari kedua belah sudut pandang, baik dari sisi pelamar, maupun sisi penyeleksi.

Beasiswa di mata saya

Saya mengartikan beasiswa dalam arti luas. Jadi tidak hanya kesempatan belajar untuk mendapatkan gelar akademik saja. Bagi saya, beasiswa adalah setiap kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan, baik melalui proses belajar di kelas atau tidak, tanpa harus membayar alias gratis. Artinya, beasiswa itu bisa meliputi program sekolah SMA, S1, S2, S3, tapi bisa juga kursus singkat (short course), pertukaran pelajar (student exchange), workshop, dan lainnya.

Pelamarnya tidak harus siswa, bahkan orang yang sudah bekerja juga bisa. Pengertian gratis ini bisa dalam arti 100% dibayari mulai dari transportasi, biaya tinggal sampai tuition atau hanya sebagian. Tips yang saya ceritakan di tulisan ini lebih spesifik untuk berburu beasiswa ke luar negeri.

Beberapa teman saya ingin sekali mendapatkan beasiswa, tapi selalu merasa mencari beasiswa itu sulit. Jadi, sebelum berusaha sudah punya mental block. Paling tidak kita perlu melihat dua hal penting di bawah ini :Pertama: yakinlah bahwa beasiswa itu banyak. Setiap tahun sekian banyak organisasi dalam dan luar negeri menawarkan beasiswa. Kesempatan ini ada dimana-mana, Cuma ada yang diumumkan besar-besaran di media, ada yang tidak.

Kedua: beasiswa itu bukan buat orang pintar saja, tapi untuk orang yang mau melebihkan usaha dari orang lain. Pengalaman saya, ada teman-teman yang pintar, tapi mereka tidak mendapatkan beasiswa yang diinginkan.

Saya juga kenal orang yang TOEFLnya tidak bagus dan IPK nya tidak tinggi, tapi bisa dapat beasiswa. Walau skor tinggi TOEFL dan IPK bagus adalah modal penting, tapi tidak selalu menjadi syarat satu-satunya. Beasiswa ini seperti buah mangga yang tergantung di pohon. Ada orang yang ingin memakan mangga, tapi hanya menunjuk-nunjuk buah itu dari kejauhan. Buah itu tidak akan terbang ke tangan kita, ‘kan? Perlu usaha untuk merebutnya.

Bagaimana memulai?

Pertama, pasang niat yang kuat. Artinya, kita benar-benar merasakan keinginan yang besar di dalam hati, dengan alasan yang tepat pula. Cari alasan “mengapa” kita harus mendapatkan sebuah beasiswa. Proses ini lebih kepada dialog internal. Tanpa alasan yang kuat dan jelas, biasanya semangat mencari beasiswa menjadi cepat kempis.

Kalau sudah punya niat dan tekad yang kuat, langkah selanjutnya mencari informasi. Langkah ini tidak sekadar bertanya sambil lalu, tapi benar-benar sebuah proyek pribadi yang meliputi segala macam cara. Dulu saya melakukan dengan bertanya kepada teman, dosen, kampus, kedutaan, internet, selebaran, koran dan segala macam. Intinya, buka mata, buka telinga dan buka pikiran untuk mendengarkan semua informasi yang ada.
Dengan internet, pencarian informasi beasiswa semakin mudah. Saya selalu menganjurkan para pencari beasiswa untuk rajin men-google dengan beraneka keyword, seperti beasiswa, scholarship, fellowship, grant, dan istilah sejenis.

Papan informasi di kampus dan biro kemahasiswaan adalah sumber informasi yang bagus. Pusat Kebudayaan dan Kedutaan juga kerap memasang info sejenis. Bagi anda yang bekerja di perusahaan multi nasional, tidak jarang perusahaan besar punya beasiswa internal bagi karyawannya untuk magang di cabang perusahaan luar negeri. Dulu saya bekerja di sebuah NGO konservasi internasional bernama The Nature Conservacy (TNC) yang punya cabang di puluhan negara. Kami, para karyawan bisa melamar ke beasiswa internal bernama Coda Fellowship untuk magang di berbagai kantor TNC di berbagai belahan dunia.

Beasiswa yang besar biasanya mengumumkan setiap penerimaan formulir secara terbuka di koran nasional. Atau kunjungi situs web penyedia beasiswa seperti Fulbright, Chevening Award, ADS, Mambusho, dan lainnya. Bisa juga berlangganan milis seperti beasiswa@yahoogroups.com, blog tentang beasiswa dan juga ada beberapa akun Facebook yang khusus berbagi akun beasiswa.

Berapa lama anda harus mencari-cari beasiswa ini? Tidak ada batas waktu. Upaya pencarian ini bisa cepat menghasilkan, bisa juga lambat. Tapi pengalaman saya, kalau kita konsisten mencari informasi dengan berbagai cara, maka dalam waktu 6 bulan sampai 1 tahun kita sudah dapat informasi yang cukup tentang kandidat beasiswa yang akan kita lamar.Melamar beasiswa

Anggap saja anda sudah melakukan pencarian dengan rajin dan mendapatkan beberapa beasiswa yang tampaknya cocok untuk anda. Langkah selanjutnya apa? Tentunya anda harus melamar dengan mengirimkan formulir dan dokumen lain kepada pemberi beasiswa. Tapi sebelumnya perhatikan dengan teliti persyaratan yang dituliskan. Persyaratan bahan dan dokumen yang harus kita ajukan ini tidak sama di setiap beasiswa. Ada yang minta banyak dokumen dan ketat, ada yang cukup longgar. Cara terbaik adalah melengkapi semua yang diminta.

Secara umum, proses seleksi beasiswa biasanya melalui dua tahap, pertama adalah seleksi melalui formulir yang masuk, kedua adalah tes atau wawancara. Bagaimana mempersiapkan dengan baik kedua proses ini?

Pertama anda perlu menyadari bahwa kertas formulir adalah satu-satunya kesempatan kita untuk mengenalkan diri kepada tim seleksi. Karena itu, isilah formulir dengan sebaik-baiknya. Yang saya lakukan adalah menghabiskan waktu sampai berminggu-minggu untuk mengisi form yang hanya dua lembar saja. Bukan saya lambat menulis, tapi saya merasa perlu berkali-kali mengoreksi kesalahan kecil sekalipun. Intinya, kita pastikan formulir kita istimewa, sesempurna mungkin, error-free, bersih, jelas dan menjawabpertanyaan sesuai dengan yang ditanya.

Bayangkan, kalau pelamar sebuah beasiswa mencapai ribuan orang, maka paniti seleksi akan menerima tumpukan lamaran yang sangat banyak. Mereka hanya punya waktu sekian detik atau menit saja untuk menyortir dan menentukan formulir yang bagus dan yang tidak. Yang kurang bersih, tidak lengkap, bertele-tele, biasanya akan masuk keranjang sampah, walaupun mungkin potensi pelamar ini sangat bagus. Kalau formulir anda mencuri perhatian panitia seleksi, maka biasanya anda akan dipanggil untuk wawancara.Sama dengan formulir tadi, maka wawancara adalah satu-satunya kesempatan bertatap muka untuk meyakinkan para penyeleksi bahwa anda berhak dan pantas mendapat beasiswa. Kalau sudah dipanggil wawancara, biasanya saya mempersiapkan diri dengan melakukan riset mendalam tentang misi beasiswa, negara yang akan dituju, bidang studi yang akan diambil, bahkan kalau perlu riset tentang pewawancara.

Supaya tidak grogi, saya biasanya latihan sendiri dulu untuk menjawab beberapa pertanyaan yang mungkin keluar. Saya ulang-ulang sehingga lancar dan meyakinkan dengan logika yang jelas. Pengalaman saya sebagai penguji, kami biasanya suka dengan pelamar yang antusias, percaya diri tapi tidak berlebihan “menjual diri”. Berbicaralah dengan artikulatif dan jelas, dan usahakan rileks. Bahkan sedikit jokes juga boleh.

Begitu wawancara selesai, tugas kita tinggal berdoa untuk mendapatkan yang terbaik. Nah, sampai di titik ini, kita hanya akan punya dua kemungkinan. Pertama, anda dipanggil dan mendapatkan beasiswa dan anda bisa terbang ke luar negeri ujtuk menuntut ilmu. Kedua, anda tidak dipanggil atau disurati bahwa anda belum berhasil.

Biasanya di surat itu diselipkan kata-kata penghibur, “silakan mencoba lagi”. Saya mau mengajak anda untuk mengikuti nasihat ini. Kalau belum berhasil, coba lagi dan coba lagi. Ulangi lagi proses tadi, mulai dari niat yang kuat, pencarian informasi sampai pengisian formulir. Tidak ada ruginya mengulang, karena melamar beasiswa itu gratis. Dan tidak penting berapa kali anda gagal, yang penting itu hanyalah satu kali saja anda berhasil. Satu kali keberhasilan itu mampu mengobati semua rasa capek dan kegagalan sebelumnya.

Jalan-jalan dan karier
Keuntungan apa yang kita dapatkan selain kesempatan belajar gratis? Beasiswa ke luar negeri akan membuka wawasan berpikir dan pergaulan. Dengan beasiswa, kita juga bisa mendapatkan kesempatan untuk liburan gratis ke berbagai tempat. Waktu saya dapat beasiswa ke Kanada, Singapura, Amerika Serikat, dan Inggris, saya memaksimalkan waktu untuk jalan-jalan ke daerah atau negara lain yang bertetangga dekat.

Sampai saat ini, saya telah keliling ke 30 negara bersama Yayi, istri saya. Banyak di antara negara itu kami kunjungi selama kami mendapatkan beasiswa. Misalnya kami keliling Eropa Barat dalam perjalanan pulang dari Amerika, lalu sampai Eropa Timur ketika sekolah di Inggris.

Keuntungan lain adalah pergaulan yang antar budaya, budaya, dan agama yang luas. Dalam mencari kerja, saya juga banyak terbantu oleh network para alumni beasiswa Fulbright, Chevening dan Singapore International Foundation. Pengalaman saya merekrut calon staf di kantor, kami memberi nilai plus untuk pelamar yang pernah mendapatkan beasiswa. Kalau d resume kita ada catatan penuh mendapatkan beasiswa semacam Fulbright, ADS, atau Chevening, biasanya akan memudahkan kita untuk diterima bekerja di perusahaan yang bonafid dan dengan posisi yang baik pula.

Jadi tunggu apa lagi. Kalau anda benar-benar telah bertekad bulat untuk berburu beasiswa, maka lakukan sekarang juga. Man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses!



8 beasiswa yang pernah didapat Ahmad Fuadi:

1995 – Youth Exchange Program ke Kanada. Program ini kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan Kanada.
1997 – Singapore International Foundation Fellowship. Kuliah satu semester di salah satu universitas terbaik di dunia, National University of Singapore.

1999 – Fulbright Scholarship, kuliah S2 di School of Media and Public Affairs, George Washington University, Washington DC.

2000 –             Ford Foundation Award.

            Columbian School of Arts Award, GWU

2001 – Indonesia Cultural Foundation, New York.

            CASE Media Fellowship, University of Maryland.

2004 – Chevening Award, Kuliah S2 di Media Arts, Royal Holloway, University of London.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu disini :)~~