Selasa, 20 Januari 2015

MENGATASI KONFLIK IBU DAN ANAK

hikari hana
Perbedaan pendapat dengan orang tua, terlebih dengan ibu, bagi sebagian wanita mungkin sudah tidak asing lagi. Faktor penyebabnya bermacam-macam, seperti: perihal pekerjaan rumah, sekolah, uang, atau karena pemikiran yang berbeda. Apabila dibiarkan berlanjut akan mengakibatkan masalah yang akan menimbulkan penyakit hati di antara kedua belah pihak.
 
Keadaan tersebut tidak akan terjadi apabila kedua belah pihak saling memahami, dalam arti ibu memahami posisi anak dan begitupun sebaliknya, anak harus memahami juga posisi ibu. Tugas utama seorang ibu adalah mengatur rumah tangga dan tugasnya di luar rumah, baik untuk bersosialisasi dengan orang sekitar ataupun untuk menuntut ilmu. Sedangkan anak mempunyai hak dan kewajiban pribadi, seperti bersosialisasi dengan teman-teman, menuntut ilmu ataupun mengembangkan potensi diri.

Islam mengajarkan agar seorang anak berbuat baik dengan kedua orang tuanya, karena itu tidak seharusnya terjadi keributan di dalam rumah antara anak dan ibu. Apalagi sampai tidak bertegur sapa lebih dari tiga hari, hal itu yang dilarang dalam Islam. “Kami telah mewasiatkan kepada manusia untuk berbuat kebaikan terhadap kedua orang tuanya.” (Al-Ankabut: 8).

Berikut ini cara mencegah konflik atau pendekatan antara anak dan ibu menurut Supatmiati (2007; 160), yaitu:
1. antara ibu dan anak seharusnya menyamakan persepsi, minimal saling memahami. Misal ada seorang muslimah mempunyai ibu yang menolak anaknya berpakaian busana tertutup. Sementara anaknya masih teguh untuk menjalankan itu, maka yang perlu dilakukan adalah menjelaskan kepada ibunya tentang prinsip kenapa menggunakan busana seperti itu. Menjelaskan dengan bahasa yang baik dan lembut sehingga tidak terlihat menggurui, dengan demikian ibu akan menghargai prinsip anaknya.
2.  anak memahami tugas ibu. Suatu saat semua wanita akan menjadi ibu, karena itu harus tahu tugas dan kewajiban sebagai ibu, baik di rumah maupun di masyarakat. Misal mengurus dan mengatur rumah tangga.
3. ibu berbagi tugas dengan anak. Membantu ibu itu wajib. Apabila beliau meminta bantuan, sebagai anak wajib membantu. Namun kalau ada situasi tertentu yang tidak memungkinkan anak membantu ibunya, maka anak perlu menjelaskan kepada beliau seberapa jauh kesanggupan untuk membantu. Misal ada hari libur anak bisa membantu ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga, tetapi pada hari kerja atau sekolah, kegiatan ini bisa dikerjakan pada waktu luang selesai anak beraktivitas di luar rumah.
4.  anak mengatur waktu supaya kepetingan pribadi tidak berbenturan dengan kepentingan ibu. Misal di rumah sedang ada acara makan bersama dengan keluarga besar, tetapi pada saat yang bersamaan anak mempunyai acara di luar rumah. Apabila acara anak tersebut bisa ditunda atau tidak terlalu penting untuk diikuti, maka sebaiknya anak lebih mengutamakan acara keluarga.

Pada intinya perbedaan pendapat antara ibu dan anak terletak pada komunikasi. Apabila komunikasi berjalan dengan baik, maka akan meminimalisir konflik di antara keduanya. Ibu dan anak bisa saling memahami satu sama lain, serta dapat memecahkan masalah bersama.

Daftar Pustaka
Kelompok Gema Insani. 2005. Al-Qur’an Terjemahan. Jakarta: Al-Huda.
Supatmiati, Asri. 2007. The World of Me. Jakarta: Gema Insani Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu disini :)~~