Senin, 27 Januari 2014

Belajar dari cerita "Alice and The Wonderland"

Cerita singkatnya;

Alice tersesat di Wonderland. Di suatu persimpangan, ada dua jalan. Bingung, jalan yang mana yang harus ditempuhnya. Disaat itu pula, dia melihat se-ekor kucing tengah duduk di persimpangan. Kemudian dia bertanya kepada kucing itu.
Alice: “Wahai kucing, tunjukkan jalan mana yang harusnya aku tempuh?”

Kucing kemudian bertanya balik kepada Alice.

Kucing: “Engkau hendak kemana?”

Alice: “Aku tidak tahu, tunjukkan saja yang mana menurutmu.”

Kucing: “Kalau begitu tidak ada bedanya, apakah engkau memilih jalan yang ini atau yang ini,” kucing menutup pembicaraan.

Cuplikan cerita si Alice di atas mengingatkan pada sala satu kisah saya yang terjadi baru-baru ini :)

Ketika dihadapkan dengan dua pilihan, apapun itu, semua keputusan ada ditangan kita sendiri. Semua pilihan ada konsekuansinya dan kita tidak dapat menentukan apa konsekuensi yang diperoleh nantinya dari pilihan yang telah kita buat. Karena tidak ada yang dapat mengetahui masa depan, kecuali Allah yang menciptakan alam semesta beserta isinya.

Manakah yang lebih baik, ini atau itu? Allahu 'alam. Namun, ini pilihan yang saya pilih dan insyaAllah yang terbaik. Saat ini yang perlu saya lakukan adalah menjalaninya dengan sebaik-baiknya. Tetap bersyukur karena masih diberi kesempatan yang kedua. Menyesali? Saya rasa tidak perlu, semua ada hikmahnya.

Jumat, 10 Januari 2014

Book4#segera terbit :)

Biarkan Ia Kembali



Malam semakin pekat, satu jam lagi tepat tenggah malam. Aku belum bisa terlelap. Dari luar kamar tak terdengar suara kehidupan lagi, sunyi senyap. Sesekali terdengar suara jangkrik yang memecahkan kesunyian malam. Mungkin, mereka telah asik melang-lang buana di dunia mimpi. Sedangkan aku, menyibukkan diri di dunia maya ditemani si Nahl, laptop kesayanganku.

Ketika sedang asik membaca catatan orang, mencari informasi lomba dan lain sebagainya. Tiba-tiba handphone-ku berdering, sms masuk dari sahabat Jogja. Ah, tumben tengah malam begini sms. Firasatku mulai tak enak.

Kuraih handphone dan membacanya, “Kencangkan doa, baca Al-Faatihah untuk saudara kita, Anisyah yang sedang melawan kritisnya”.

Deg! Jantungku terasa berhenti. Untuk kesekian kali, Ia melawan kritisnya.
Allahu.. kuatkan ia. Aku percaya ia kuat, buktinya, beberapa kali berhasil melawan kritisnya. Aku tau, Allah sedang menguji kesabaran dan keiklasan yang dimilikinya. Menguji sejauh mana bisa bertahan menggapai cintaNya.

***@@@***

Ditemani mushaf biru, aku menanti seorang teman di serambi masjid Mujahiddin. Beberapa menit kemudian, melalui pesan singkat, memberitahu bahwa Ia sedang menungguku di tempat semula, sekret. Aku pun merapikan barang bawaan dan bergegas menghampirinya.

“Assalamualaikum mbak Giant..” ucapku dari luar. Sambil menanti jawaban darinya, aku langsung saja melangkah ke dalam sesuai permintaannya tadi.

“Walaikumsalam..” terdengar jawaban serempak dari dalam. Aku mencari suara itu berasal. Tak begitu sulit mencarinya, karena ruangan ini hanya di bagi menjadi dua bagian. Antara ruangan Ikhwan dan Akhwat dibatasi oleh kain pembatas.

Mendahulukan bagian kepala daripada badanku. Yah, itu yang kulakukan, mencari kepastian tempatnya.

“Hei, ayo masuk!” teriak mbak Giant ketika melihat tingkahku.

Bola mataku beraduh pandang dengan akhwat yang di sebelahnya. Ah, siapa dia? Teduh. Membuatku ingin berlama-lama menatapnya. Perkenalan yang sangat singkat, namun tak membuat hati kecewa. Dengan waktu sesingkat itu membuat kami semakin dekat. Anisyah Fatihah Haibara, kini nama itu masuk dalam deretan salah satu orang yang memotivasiku.

***@@@***

“Sedang tidak sadar. Kirimkan tilawah.. sebanyak-banyaknya” pesan masuk hampir tenggah malam. Ya Allah, berikan yang terbaik untuknya.

Delapan menit kemudian, pesan masuk lagi “Sudah tidak ada. Tinggal kenangan terindah..”
Dada terasa sesak, bendungan menyeruak meminta keluar, tak bisa ditahan lagi. Aku menangis terisak-isak. Aku ingin menjerit! Tak percaya. Benar kah berita ini? Ini kah yang dinama kan firasat? Tak bisa cepat terlelap seperti biasanya.

Rasanya baru kemarin mengenal sosoknya. Baru kemarin aku menengoknya di rumah sakit. Kini ia pergi meninggalkanku. Pergi dan tak kembali. Aku sangat menyayangimu, namun Allah lebih menyayangimu.

Hari ini banyak airmata yang jatuh, meski setetes semoga dapat menyuburkan keikhlasan dihati. Semua berasal dari Allah, semua milik Allah dan akan kembali kepada Allah pula.

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Q.S Ali Imran: 185)

Memoriku bersamamu akan kusimpan dalam ruang hatiku. Semoga kelak kita berkumpul kembali di JannahNya. Aamiin.

Jember, 24 Nopember 2013
Terimakasih kau telah hadir dalam hidupku.
Aku mencintaimu karena Allah, mbk Anisyah. 220813.
 ______________________________________________________________________________________
Biodata Penulis;
Hikari Hana adalah nama pena dari Khuszaimah Yanuar yang berasal dari kota Probolinggo Jawa Timur. Ia baru terjun di dunia kepenulisan, beberapa bku antaloginya: Surat untukmu, calon Imamku; Ketika sudah Lillah; Dan Karena Ayah mencintaiku. Penulis dapat dihubungi lewat e-mail HikariHana_93@yahoo.co.id, facebook Hikari Hana.
 ______________________________________________________________________________________