Malam
semakin pekat, satu jam lagi tepat tenggah malam. Aku belum bisa
terlelap. Dari luar kamar tak terdengar suara kehidupan lagi, sunyi
senyap. Sesekali terdengar suara jangkrik yang memecahkan kesunyian
malam. Mungkin, mereka telah asik melang-lang buana di dunia mimpi.
Sedangkan aku, menyibukkan diri di dunia maya ditemani si Nahl, laptop kesayanganku.
Ketika sedang asik membaca catatan orang, mencari informasi lomba dan lain sebagainya. Tiba-tiba handphone-ku berdering, sms masuk dari sahabat Jogja. Ah, tumben tengah malam begini sms. Firasatku mulai tak enak.
Kuraih handphone dan membacanya, “Kencangkan doa, baca Al-Faatihah untuk saudara kita, Anisyah yang sedang melawan kritisnya”.
Deg! Jantungku terasa berhenti. Untuk kesekian kali, Ia melawan kritisnya.
Allahu..
kuatkan ia. Aku percaya ia kuat, buktinya, beberapa kali berhasil
melawan kritisnya. Aku tau, Allah sedang menguji kesabaran dan keiklasan
yang dimilikinya. Menguji sejauh mana bisa bertahan menggapai cintaNya.
***@@@***
Ditemani
mushaf biru, aku menanti seorang teman di serambi masjid Mujahiddin.
Beberapa menit kemudian, melalui pesan singkat, memberitahu bahwa Ia
sedang menungguku di tempat semula, sekret. Aku pun merapikan barang
bawaan dan bergegas menghampirinya.
“Assalamualaikum mbak Giant..” ucapku dari luar. Sambil menanti jawaban darinya, aku langsung
saja melangkah ke dalam sesuai permintaannya tadi.
“Walaikumsalam..”
terdengar jawaban serempak dari dalam. Aku mencari suara itu berasal.
Tak begitu sulit mencarinya, karena ruangan ini hanya di bagi menjadi
dua bagian. Antara ruangan Ikhwan dan Akhwat dibatasi oleh kain pembatas.
Mendahulukan bagian kepala daripada badanku. Yah, itu yang kulakukan, mencari kepastian tempatnya.
“Hei, ayo masuk!” teriak mbak Giant ketika melihat tingkahku.
Bola mataku beraduh pandang dengan akhwat
yang di sebelahnya. Ah, siapa dia? Teduh. Membuatku ingin berlama-lama
menatapnya. Perkenalan yang sangat singkat, namun tak membuat hati
kecewa. Dengan waktu sesingkat itu membuat kami semakin dekat. Anisyah
Fatihah Haibara, kini nama itu masuk dalam deretan salah satu orang yang
memotivasiku.
***@@@***
“Sedang tidak sadar. Kirimkan tilawah.. sebanyak-banyaknya” pesan masuk hampir tenggah malam. Ya Allah, berikan yang terbaik untuknya.
Delapan menit kemudian, pesan masuk lagi “Sudah tidak ada. Tinggal kenangan terindah..”
Dada
terasa sesak, bendungan menyeruak meminta keluar, tak bisa ditahan
lagi. Aku menangis terisak-isak. Aku ingin menjerit! Tak percaya. Benar
kah berita ini? Ini kah yang dinama kan firasat? Tak bisa cepat terlelap
seperti biasanya.
Rasanya baru kemarin mengenal sosoknya.
Baru kemarin aku menengoknya di rumah sakit. Kini ia pergi
meninggalkanku. Pergi dan tak kembali. Aku sangat menyayangimu, namun
Allah lebih menyayangimu.
Hari ini banyak airmata yang
jatuh, meski setetes semoga dapat menyuburkan keikhlasan dihati. Semua
berasal dari Allah, semua milik Allah dan akan kembali kepada Allah
pula.
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan
sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang
siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh
ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan
yang memperdayakan.” (Q.S Ali Imran: 185)
Memoriku bersamamu akan kusimpan dalam ruang hatiku. Semoga kelak kita berkumpul kembali di JannahNya. Aamiin.
Jember, 24 Nopember 2013
Terimakasih kau telah hadir dalam hidupku.
Aku mencintaimu karena Allah, mbk Anisyah. 220813.
______________________________________________________________________________________
Biodata Penulis;
Hikari
Hana adalah nama pena dari Khuszaimah Yanuar yang berasal dari kota
Probolinggo Jawa Timur. Ia baru terjun di dunia kepenulisan, beberapa
bku antaloginya: Surat untukmu, calon Imamku; Ketika sudah Lillah; Dan Karena Ayah mencintaiku. Penulis dapat dihubungi lewat e-mail HikariHana_93@yahoo.co.id, facebook Hikari Hana.
______________________________________________________________________________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejakmu disini :)~~