Bila Jodoh, Tak Akan Kemana
Hikari Hana
“Han..”
Suaranya memecahkan keheningan.
“Ya,
kenapa?” Jawabku singkat tanpa melihat kearahnya.
“Aku
menyukaimu. Maukah kau menjadi pacarku?“ Nada suaranya mulai serius.
“Maaf,
aku tidak bisa” Perasaanku mulai tidak menentu.
“Kalau
begitu, jika kau tidak mau menjadi pacarku…” Ia menghentikan perkataannya
sejenak sambil memikirkan apa yang akan diucapkan, “Maukah kau menjadi
istriku?” Lanjutnya. Kini ia menghentikan sepeda yang dikayuhnya. Melihat dan
menanti jawaban dariku.
Perkataannya
membuatku tertegun. Tanpa disadari kaki ini berhenti melangkah. Seketika
seluruh badan seolah membeku. Dingin, sedingin es batu. Ada rasa takut yang
menghantuhui. Yah, aku takut salah bicara.
Apa
yang bisa dilakukan oleh bocah ingusan sepertiku? Usia yang masih seumur
jagung, masih anak kemarin sore. Sekolah pun masih belum rampung. Ah, mengenai
itu, mengenai pernikahan, untuk saat ini belum. Pikiran itu terlampau jauh buatku.
Meski mayoritas masyarakat desan disini banyak yang telah menikah pada saat
seusiaku, tapi itu tidak berlaku bagiku.
“Sekali
lagi, maaf…” Aku menarik nafas panjang. “Aku masih ingin melanjutkan sekolah,
masih ingin kuliah” aku menjawab dengan pandangan lurus kedepan dan
menimang-nimang apa yang akan dikatanya lagi.
“Aku
akan menunggumu…” Ucapnya dengan memelas.
“Tidak
perlu. Mas, tidak perlu menungguku. Selain aku tidak ingin memberikan harapan
yang belum tentu bisa menepatinya, alangkah baiknya, mas carilah yang lain. Dan
lagi pula…” suaraku berhenti dan mulai berat.
“Lagi
pula… kau tidak menyukaiku?” Ia menyambung perkataanku.
“Maaf.
Dan juga, suatu saat nanti, aku ingin mencari calon yang benar-benar tidak
mengenali sebelumnya, tentu bukan orang yang berasal dari daerah sini” Dengan
kepala tertunduk, aku menjawabnya. Ah, semoga tidak salah bicara.
“Aku
mengerti sekarang. Baiklah, terimakasih atas semuanya. Semoga kau sukses, dik.
Aku pergi dulu” Ucapnya untuk terakhir kali.
Belum
sempat mengatakan sesuatu untuknya, untuk terakhir kalinya. Ia pergi begitu
saja tanpa menunggu satu dua patah dariku. Hanya bisa melihat dari jauh.
Punggungnya memberikan isyarat, ia ingin sendiri, ia tidak ingin diganggu. Maafkan
aku, Mas. Pergi dengan membawa setumpuk luka; kekecewaan. Sepeda mini yang ia
kayuh membawanya semakin jauh dariku, kemudian menghilang.
Setibanya
di rumah, aku menceritakan semua yang terjadi siang itu pada Ibu. Ada setumpuk
air yang tertahankan dan akhirnya air itu pun meleleh. Menangis tersedu-sedu.
Hanya itu yang bisa kulakukan. Menanyakan beruang kali pada ibu, apa aku salah?
Sungguh, tidak ada keinginan melukai perasaannya, tapi aku juga tidak
menginginkan hubungan itu.
Aku
yakin ia bisa melaluinya. Harus bisa! Karena ia lelaki dewasa. Lebih matang
dariku. Tentang rasa, ia akan pergi dengan sendirinya, akan terganti dengan
sendirinya.
Hari
berganti hari. Dengan kesibukanku di sekolah, sedikit demi sedikit mulai melupakan
kejadian itu. Beberapa bulan kemudian, tanpa di duga, aku bertemu kembali.
Disampingnya, ada seorang perempuan yang menemani. Setelah aku tahu, ternyata
ia adalah istrinya. Alhamdulillah. Memang kalau jodoh tidak akan kemana.
Disudut
jendela, pandanganku tertuju keluar. Mengingat itu semua, hanya bisa tersenyum.
Bagian dari serpihan puzzelku. Langit masih gelap gulita, tapi tidak akan lama
lagi mentari akan keluar dari sangkarnya. Disaat itu langit akan berubah warna,
perpaduan oranye, merah, jingga. Indah sangat indah.
Roda-roda
mulai bergerak. Yah, aku saat ini berada di dalam Kereta Senja Utama Jogja.
Kota yang selalu membuatku merindukan karenanya, seorang sahabat. Sudah
berkali-kali ketempat itu tapi membuang ensensi kekagumanku pada kota itu. Kota
para pejuang. Prol tape purnama jati, salah satu makanan has Jember. Tentunya,
tidak akan melupakan makanan ini untuk oleh-oleh.
Rintikan
hujan menyabut kedatanganku. Selamat datang di kota Gudeg, Jogja berhati
nyaman. Dalam hati yang terdalam, ada keinginan suatu hari bisa menetap di
tepat ini. Mungkinkah, jodohku dari tempat ini? Alahu a’lam.
Jember, 03 Januari 2014
Biodata;
Hikari
Hana adalah nama pena dari Khuszaimah Yanuar. Lahir di Probolinggo, 16 Januari.
Karyanya dimuat dalam beberapa antologi yang telah diterbitkan, antara lain; Karena Ayah mencintaiku, Ketika sudah Lillah,
Biarkan ia kembali dan Untukmu,calon imamku. Penulis bisa dihubungi di akun
Facebook: Hikari Hana atau Email: Hikarihana_93@yahoo.co.id
mbk,, novelnya keren banget. lanjutkan menulis mbk,,,,,,, semangaaattt!!
BalasHapussalam eyla^_^
Terima kasih :) Itu bukan novel, tapi kumpulan cerpen mbak :D
HapusSalam hangat untukmu ^^