Allah SWT berfirman :
“…Pada hari ini
orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab
itu janganlah engkau takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada
hari ini telah Kusempurnakan untuk mu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”
(QS. Al-Maidah 5:3)
Diriwayatkan bahwa surat Al-Maidah
ayat 3 di atas, turun setelah waktu Ashar berselang, tepatnya pada hari
Jumat di Padang Arafah saat musim haji penghabisan (haji wada). Ketika
itu Rasulullah SAW sedang berada di atas onta Padang Arafah. Ketika
ayat tersebut turun, Rasulullah kurang begitu mengerti apa isyarat yang
berhubungan dengan turunnya ayat tersebut. Lalu, Beliau bersandar pada
ontanya, kemudian onta Beliau pun duduk secara perlahan-lahan.
Setelah itu turunlah Malaikat Jibril dan berkata :
“Wahai
Muhammad, sesungguhnya pada hari ini telah disempurnakan urusan
agamamu, maka terputuslah apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan
demikian juga larangan-larangan-Nya. Oleh karena itu, kumpulkanlah para
sahabatmu dan beritahu mereka, hari ini adalah terakhir aku bertemu
denganmu.”
Kemudian Malaikat Jibril pergi, Rasulullah SAW
pun berangkat ke Mekah dan terus melanjutkan perjalanan ke Madinah.
Rasulullah mengumpulkan para sahabat dan menceritakan apa yang telah
dikabarkan Malaikat Jibril kepada dirinya. Mendengar hal ini, para
sahabat pun gembira sambil berkata :
“Agama kita telah sempurna . Agama kita telah sempurna.”
Tetapi
berbeda dengan Abu Bakar Ash-Shidiq, mendengar keterangan Rasulullah
itu, ia tidak kuasa menahan kesedihannya dan langsung pulang ke rumah.
Lalu mengunci pintu rapat-rapat dan menangis sekuat-kuatnya. Abu Bakar
menangis dari pagi hingga malam.
Kisah tentang Abu Bakar
menangis itu kemudian sampai kepada para sahabat ynag lain. Lalu
berkumpullah para sahabat di hadapan rumah Abu Bakar, dan mereka
berkata:
“Wahai Abu Bakar, apakah yang telah membuat
engkau menangis seperti ini? Bukankah, seharusnya engkau gembira sebab
agama kita telah sempurna.”
Mendengar pertanyaan dari para sahabat tersebut, Abu Bakar pun berkata :
“Wahai
para sahabatku, kalian tidak tahu tentang musibah yang akan menimpa
kita. Tidakkah engkau tahu, saat suatu perkara itu sempurna, akan
terlihat kekurangannya. Karena itu dengan turunnya ayat tersebut suatu
pertanda telah datang waktu yang sangat menyedihkan, yaitu sebentar
lagi kita akan berpisah dengan Rasulullah SAW. Fatimah menjadi yatim
dan para isteri Nabi menjadi janda.”
Setelah mereka
mendengar penjelasan Abu Bakar, sadarlah mereka akan kebenaran
kata-kata Abu Bakar. Mereka pun menangis dengan sekencang-kencangnya.
Tangisan mereka itu kemudian didengar oleh sahabat-sahabat lainnya,
lantas mereka pun memberitahu Rasullah tentang apa yang terjadi.
Berkatalah salah seorang dari sahabat :
“Ya,
Rasulullah, kami baru pulang dari rumah Abu Bakar dan kami melihat
banyak orang sedang menangis dengan suara kuat di rumah beliau.”
Ketika
Rasulullah SAW mendengar keterangan dari para sahabat itu, berubahlah
air muka Beliau dan bergegas menuju ke rumah Abu Bakar. Setelah sampai
di rumah Abu Bakar, Beliau melihat semua menangis dan Beliau pun
bertanya :
“Wahai para sahabatku, kenapa kalian menangis?”
Ali bin Abi Thalib berkata :
“Ya,
Rasulullah, Abu Bakar mengatakan bahwa dengan turunnya ayat ini
membawa tanda bahwa waktu wafatmu telah dekat. Adakah ini benar ya
Rasulullah?”
Lalu Rasulullah berkata :
“Semua yang dikatakan Abu Bakar adalah benar dan sesungguhnya waktuku untuk meninggalkan kalian semua sudah dekat.”
Setelah
Abu Bakar mendengar pengakuan Rasulullah SAW, ia justru menangis
sekuat tenaga, sampai ia jatuh pingsan. Sementara Ali bergetar kemudian
terkapar tubuhnya. Para sahabat lain pun menangis dengan sekuat-kuat
yang mereka mampu. Sehingga gunung-gunung, batu-batu, semua malaikat
yang di langit, cacing-cacing yang menggeliat di bumi dan semua
binatang, baik yang di darat maupun di laut turut menangis.
Kemudian Rasulullah bersalaman dengan para sahabat satu persatu dan berwasiat kepada mereka.
Rasulullah diQishash
Jangka
waktu Rasulullah SAW hidup setelah turunya ayat tersebut, ada yang
mengatakan 81 hari, ada yang mengatakan Beliau hidup 50 hari, ada yang
mengatakan hidup selama 35 hari dan ada pula yang mengatakan bahwa
beliau hidup 21 hari.
Pada saat ajal Rasulullah SAW sudah
dekat, Beliau menyuruh Bilal adzan untuk mengerjakan salat. Lalu
berkumpullah para Muhajirin dan Anshar di Masjid Rasulullah. Kemudian
Beliau menunaikan salat dua rakaat bersama semua yang hadir. Setelah
selesai salat, Beliau bangkit lalu naik ke atas mimbar, seraya berkata :
“Alhamdulillah,
wahai para muslimin, sesungguhnya saya adalah seorang nabi yang diutus
dan mengajak manusia kepada jalan Allah dengan ijin-Nya. Saya ini
adalah saudara kandung kalian, kasih sayangku pada kalian seperti
seorang ayah pada anaknya. Oleh karena itu kalau ada siapapun di antara
kalian yang mempunyai hak untuk menuntut, maka hendaklah ia berdiri
dan membalasku, sebelum saya dituntut di hari kiamat.”
Rasulullah berkata demikian sebanyak 3 kali, kemudian bangkitlah seorang lelaki bernama ‘Ukasyah bin Muhshan dan berkata :
“Demi
ayahku dan ibuku ya, Rasulullah SAW, kalau anda tidak mengumumkan
kepada kami berkali-kali soal ini, sudah tentu saya tidak mau
mengemukakan hal ini.”
Lalu ‘Ukasyah berkata lagi :
“Sesungguhnya
dalam Perang Badar saya turut bersamamu ya Rasulullah, pada saat itu
saya mengikuti onta Anda dari belakang. Setelah dekat, saya pun turun
menghampiri Anda dengan tujuan supaya saya dapat mencium paha Anda.
Tetapi Anda telah mengambil tongkat dan memukul onta Anda untuk
berjalan cepat. Pada saat itu saya pun Anda pukul dan pukulan itu
mengenai tulang rusuk saya. Oleh karena itu saya ingin tahu, apakah Anda
sengaja memukul saya atau hendak memukul onta tersebut.”
Rasulullah berkata :
“Wahai ‘Ukasyah, saya sengaja memukul engkau.”
Kemudian Rasulullah SAW berkata kepada Bilal:
“Wahai Bilal, pergilah engkau ke rumah Fatimah dan ambilkan tongkatku.”
Saat keluar dari masjid menuju rumah Fatimah, ia meletakkan tangannya di atas kepala seraya berkata :
“Rasulullah SAW telah mempersiapkan dirinya untuk dibalas (diqishash).”
Ketika Bilal sampai di rumah Fatimah, Bilal memberi salam dan mengetuk pintu. Kemudian Fatimah menyahut dengan berkata :
“Siapakah yang ada di pintu?”
Bilal menjawab :
“Saya Bilal, saya telah diperintah Rasulullah untuk mengambil tongkat Beliau.”
Kemudian Fatimah berkata :
“Wahai Bilal untuk apa ayahku minta tongkatnya.”
Berkata Bilal :
“Wahai Fatimah Rasulullah telah menyiapkan dirinya untuk diqishash.”
Fatimah berkata lagi :
“Wahai Bilal siapakah manusia yang sampai hati mengqishash Rasulullah SAW?”
Bilal
tidak menjawab pertanyaan Fatimah. Setelah Fatimah memberikan tongkat
tersebut, Bilal pun membawa tongkat itu ke hadapan Rasulullah SAW.
Pembelaan Para Sahabat
Setelah
Rasulullah SAW menerima tongkat tersebut dari Bilal, beliau pun
menyerahkan pada ‘Ukasyah. Melihat kejadian mengharukan ini, Abu Bakar
dan Umar bin Khattab tampil ke hadapan sambil berkata :
“ ‘Ukasyah janganlah engkau qishash Baginda Nabi, tetapi engkau qishashlah kami berdua.”
Ketika Rasulullah SAW mendengar kata-kata Abu Bakar dan Umar, dengan segera Beliau berkata :
“Wahai Abu Bakar, Umar, duduklah engkau berdua, sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatnya untuk engkau berdua.”
Kemudian Ali berdiri, lalu berkata :
“Wahai
‘Ukasyah! Aku adalah orang yang senantiasa berada di samping
Rasulullah SAW, oleh karena itu, engkau pukullah aku dan janganlah
engkau mengqishash Rasulullah.”
Lalu Rasulullah SAW berkata :
“Wahai Ali, duduklah engkau, sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatmu dan mengetahui isi hatimu.”
Setelah itu Hasan dan Husein berdiri dan berkata :
“Wahai
‘Ukasyah, bukankah engkau tahu bahwa kami ini adalah cucu Rasulullah,
kalau engkau mengqishash kami sama dengan engkau mengqishash
Rasululullah SAW.”
Mendengar kata-kata dari cucunya, Rasulullah SAW pun berkata :
“Wahai buah hatiku, duduklah engkau berdua.”
Berkata Rasulullah SAW :
“Wahai ‘Ukasyah pukullah saya kalau engkau hendak memukul.”
Kemudian ‘Ukasyah berkata :
“Ya, Rasulullah SAW, Anda telah memukul saya sewaktu saya tidak memakai baju.”
Lantas, Rasulullah pun membuka baju. Setelah Beliau membuka baju, menangislah semua yang hadir.
Setelah ‘Ukasyah melihat tubuh Rasulullah SAW, ia pun mencium Beliau dan berkata :
“Saya
tebus Anda dengan jiwa saya, ya Rasulullah SAW. Siapakah yang sanggup
memukul Anda? Saya melakukan ini karena saya ingin menyentuh (memeluk)
tubuh Anda yang dimuliakan oleh Allah SWT dengan badan saya. Dan semoga
Allah SWT menjaga saya dari neraka atas kehormatanmu.”
Kemudian Rasulullah SAW berkata :
“Dengarlah engkau sekalian, sekiranya engkau hendak melihat ahli surga, inilah orangnya.”
Kemudia
semua para sahabat bersalam-salaman atas kegembiraan mereka terhadap
peristiwa yang sangat genting itu. Setelah itu para sahabat pun berkata
:
“Wahai ‘Ukasyah, inilah keuntungan yang paling besar
bagimu, engkau telah memperoleh derajat tinggi dan bertemankan
Rasulullah SAW dalam surga.”
Wasiat Rasulullah SAW
Ketika ajal Rasulullah makin dekat, Beliau pun memanggil para sahabat ke rumah Siti Aisyah dan Beliau bersabda:
“Selamat datang, semoga Allah SWT mengasihi kalian, saya berwasiat kepada
kalian
agar senantiasa bertakwa kepada Allah SWT dan mentaati segala
perintah-Nya. Sesungguhnya hari perpisahan saya dengan kalian sudah
dekat, itu berarti semakin dekat pula kembalinya seorang hamba kepada
Allah SWT dan menempatkannya di surga-Nya.
“Kalau sampai
ajalku, hendaklah Ali yang memandikanku, Fadhl bin Abas hendaklah
menuangkan air dan Usamah bin Zaid hendaklah menolong keduanya. Setelah
itu kafanilah aku dengan pakaianku sendiri. Jika kalian menghendaki,
kafanilah aku dengan kain Yaman yang putih. Jika engkau memandikan aku,
hendaklah engkau letakkan aku di atas balai tempat tidurku dalam
rumahku ini. Setelah itu kalian keluarlah sebentar meninggalkan aku.”
“Pertama
yang akan menshalati aku ialah Allah SWT, kemudian diikuti oleh
malaikat Israfil, Malaikat Mikail dan yang terakhir malaikat Izrail
beserta dengan semua para pembantunya. Setelah itu, barulah kalian masuk
semua mensalatiku.”
Setelah para sahabat mendengar ucapan yang sungguh menyayat hati itu, mereka pun menangis dengan suara yang keras dan berkata :
“Ya,
Rasulullah SAW Anda adalah seorang Rasul yang diutus kepada kami dan
untuk semua, selama ini Anda memberi kekuatan pada kami dan Anda pula
pemimpin yang mengurus semua perkara kami. Apabila Anda sudah tiada
nanti, kepada siapakah kami bertanya setiap ada persoalan muncul?.”
Kemudian Rasulullah SAW bersabda :
“Dengarlah
para sahabatku, aku tinggalkan kepada kalian jalan yang benar dan
jalan yang terang, dan telah aku tinggalkan dua penasehat. Yang satu
pandai bicara dan yang satu lagi diam saja. Yang pandai bicara itu
adalah Alquran dan yang diam itu ialah maut. Apabila ada persoalan yang
sulit dan berbelit di antara kalian, hendaklah kalian kembali kepada
Alquran dan Hadistku dan sekiranya hati engkau keras, lembutkan dia
dengan mengambil pelajaran dari mati.”
Setelah Rasulullah
SAW berkata demikian, Beliau kemudian mulai merasakan sakit. Dalam
bulan Safar Rasulullah sakit selama 18 hari dan sering diziarahi para
sahabat.
Dalam sebuah kitab diterangkan, bahwa Rasulullah
diutus pada Hari Senin dan wafat pada Hari Senin. Pada Hari Senin
penyakit Beliau bertambah berat. Setelah Bilal selesai adzan subuh,
Bilal pun pergi ke rumah Rasulullah SAW. Sampai di sana, Bilal memberi
salam :
“Assalamu’alaika ya Rasulullah.”
Lalu dijawab Fatimah :
“Rasulullah SAW masih sibuk dengan urusan Beliau.”
Setelah
Bilal mendengar penjelasan dari Fatimah, Bilal pun kembali ke masjid
tanpa memahami kata-kata Fatimah itu. Ketika waktu subuh hampir habis,
Bilal pergi sekali lagi ke rumah SAW dan memberi salam seperti tadi.
Kali ini salam Bilal telah didengar Rasulullah SAW. Baginda berkata :
“Masuklah
wahai Bilal, sesungguhnya penyakitku ini semakin berat, oleh karena
itu, kau suruhlah Abu Bakar mengimami salat subuh berjamaah dengan
mereka yang hadir.”
Setelah mendengar kata-kata
Rasulullah, Bilal pun berjalan menuju masjid sambil meletakkan tangan
di atas kepala, seraya berkata :
“Aduh musibah.”
Setelah Bilal sampai di masjid, Bilal pun memberitahu Abu Bakar tentang apa yang telah Rasulullah SAW katakan kepadanya.
Abu
Bakar tidak dapat menahan dirinya saat ia melihat mimbar kosong.
Lantas dengan suara keras Abu Bakar menangis hingga ia jatuh pingsan.
Melihat peristiwa itu maka riuhlah dalam masjid, sehingga Rasulullah
bertanya kepada Fatimah :
“Wahai Fatimah apa yang telah terjadi?”
Fatimah pun berkata :
“Keriuhan kaum muslimin, sebab Anda tidak pergi ke masjid.”
Kemudian
Rasulullah SAW memanggil Ali dan Fadhl bin Abas, lalu beliau bersandar
pada kedua bahu mereka dan terus pergi ke masjid. Setelah sampai di
masjid, Rasulullah pun salat subuh bersama dengan para jamaah. Setelah
selesai salat subuh, Beliau berkata :
“Wahai kaum
muslimin, kalian senantiasa dalam pertolongan dan penjagaan Allah. Oleh
karena itu, hendaklah kalian bertakwa kepada Allah SWT dan mengerjakan
segala perintah-Nya. Sesungguhnya aku akan meninggalkan dunia ini dan
kalian. Hari ini adalah hari pertamaku di akhirat dan hari terakhirku
di dunia.”
Setelah berkata demikian, Rasulullah SAW pun pulang ke rumah.
Izrail Menjemput Rasulullah
Kemudian Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Izrail :
“Wahai
Izrail, pergilah engkau kepada kekasihku dengan sebaik-baik wajah, dan
jika engkau hendak mencabut rohnya, hendaklah engkau melakukan dengan
cara yang paling lembut sekali. Jika engkau pergi ke rumahnya, minta
izinlah terlebih dahulu. Kalau ia izinkan engkau masuk, maka masuklah
engkau ke rumahnya dan kalau ia tidak izinkan engkau masuk, hendaklah
engkau kembali padaku.”
Setelah Malaikat Izrail mendapat
perintah dari Allah SWT, Malaikat Izrail pun turun menyerupai orang
Arab Baduwi. Setelah Malaikat Izrail sampai di hadapan rumah
Rasulullah, ia pun memberi salam :
“Assalamu’alaikum yaa
ahla bait nubuwwati wa ma danir risaalatia adkhulu?” (mudah-mudahan
keselamatan tetap untuk kalian, wahai penghuni rumah Nabi dan sumber
risalah, bolehkah saya masuk?)
Ketika Fatimah mendengar ada orang memberi salam, ia pun berkata :
“Wahai hamba Allah, Rasulullah SAW sedang sibuk, sebab sakitnya yang semakin berat.”
Kemudian
Malaikat Izrail berkata lagi seperti semula, dan kali ini seruan
malaikat itu telah didengar oleh Rasulullah SAW, lantas beliau bertanya
kepada Fatimah :
“Wahai Fatimah, siapakah di depan pintu itu.”
Fatimah menjawab :
“Ya
Rasulullah, ada seorang Arab Baduwi memanggilmu, aku telah katakan
padanya bahwa Anda sedang sibuk sebab sakit, sebaliknya dia memandang
saya dengan tajam sehingga badan saya terasa menggigil.”
Kemudian Rasulullah SAW berkata :
“Wahai Fatimah, tahukah engkau siapakah orang itu?”
Jawab Fatimah : “Tidak ayah.”
“Dia
adalah Malaikat Izrail , malaikat yang akan memutuskan segala macam
nafsu syahwat yang memisahkan perkumpulan-perkumpulan dan yang
memusnahkan semua rumah serta meramaikan kubur.”
Fatimah
tidak dapat menahan air matanya lagi setelah mengetahui, bahwa saat
perpisahan dengan ayahandanya semakin dekat, ia pun menangis
sejadi-jadinya.Ketika Rasulullah mendengar tangisan Fatimah, Beliau pun
berkata :
“Janganlah engkau menangis wahai Fatimah, engkaulah orang pertama dalam keluargaku yang akan bertemu denganku.”
Kemudian Rasulullah SAW pun menjemput Malaikat Izrail masuk. Malaikat Izrail pun masuk dengan mengucap :
“Assalamu’alaikum ya Rasulullah.”
Lalu Rasulullah SAW menjawab :
“Waalaikassaalam, wahai Izrail, engkau datang menziarahi aku atau untuk mencabut rohku?”
Berkata malaikat Izrail :
“Kedatangan
saya adalah untuk menziarahimu dan untuk mencabut rohmu, itupun kalau
engkau izinkan. Kalau tidak engkau izinkan, aku akan kembali.”
Berkata Rasulullah SAW :
“Wahai Izrail, dimanakah engkau tinggalkan Jibril?”
Berkata Izrail :
“Saya tinggalkan Jibril di langit dunia, semua para malaikat sedang memuliakan dia.”
Tidak
berapa lama, Jibril pun turun dan duduk dekat (di samping) kepala
Rasulullah SAW. Ketika Rasulullah SAW melihat kedatangan Jibril, Beliau
pun berkata :
“Wahai Jibril, tahukah engkau bahwa ajalku sudah dekat.”
Berkata Jibril : “Ya aku tahu.”
Rasulullah bertanya lagi : “Wahai Jibril, beritahu kepadaku kemuliaan yang menggembirakanku di sisi Allah SWT.”
Berkata Jibril :
“Sesungguhnya
semua pintu langit telah dibuka, para malaikat berbaris rapi menanti
rohmu di langit. Semua pintu surga telah dibuka, dan semua para
bidadari sudah berhias menanti kehadiran rohmu.”
Berkata Rasulullah SAW :
“Alhamdulillah. Sekarang engkau katakan tentang umatku di hari kiamat nanti.”
Berkata Jibril :
“Allah
SWT telah berfirman : “Sesungguhnya aku telah melarang semua para Nabi
masuk ke dalam surga sebelum engkau masuk terlebih dahulu, dan aku
juga melarang semua umat memasuki surga sebelum umatmu memasuki
terlebih dahulu.”
Berkata Rasulullah SAW:
“Sekarang aku telah lega dan telah hilang rasa susahku. Wahai Izrail, dekatlah engkau padaku.”
Setelah itu Malaikat Izrail pun mengawali tugasnya. Ketika rohnya sampai pada ubun-ubun (pusat), Rasulullah SAW pun berkata :
“Wahai Jibril, alangkah dahsyatnya kematian itu.”
Jibril
nampak mengalihkan pandangan dari Rasulullah SAW, ketika mendengar
kata-kata Beliau. Melihat sikap Jibril itu Rasulullah SAW pun berkata :
“Wahai Jibril, apakah engkau tidak suka melihat wajahku?”
Jibril berkata :
“Wahai kekasih Allah, siapakah orang yang sanggup melihat wajahmu di kala engkau dalam sakaratul maut ?”
Anas bin Malik RA bercerita, ketika roh Rasulullah SAW sampai di dada, Beliau bersabda :
“Aku wasiatkan kepada engkau agar kalian menjaga salat dan apa-apa yang telah diperintahkan kepadamu.”
Ali bin Abi Thalib berkata :
“Sesungguhnya
Rasulullah ketika menjelang saat terakhir, telah menggerakkan kedua
bibir Beliau sebanyak dua kali, dan saya meletakkan telinga saya dekat
dengan Rasulullah, seraya Beliau berkata :
“Umatku, umatku.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejakmu disini :)~~